wood

27. Tuesday

Idul Adha yang Bermakna

Sudah dua kali merayakan Idul Adha di negeri orang. Alhamdulillah tahun ke dua ini membaik. Jika tahun kemarin setelah sholat Ied tidak bisa berkumpul, tahun ini bisa. Sholat Ied di Landsberg diselenggarakan pukul enam pagi. Di Jerman masih musim panas dan Subuh memang datangnya cepat. Jadi jam enam pagi hari sudah cerah. Tidak ada hujan di hari itu.

Namun, suamiku tetap harus kerja pada hari pertama Ied dan teman-teman yang lain juga tidak cuti. Hiks. Kami baru akan berkumpul di hari kedua. Jadilah aku sendirian di hari pertama Idul Adha. Awalnya aku cukup sedih tetapi setelah berkomunikasi dengan sanak saudara di Indonesia dan beberapa teman, kesedihanku berkurang. Ternyata bukan aku sendirian yang harus berlebaran sendiri. Banyak juga yang tidak bisa kumpul dengan keluarga karena pandemi.

Walaupun sendirian, aku mencoba membuat hari raya ini tetap bermakna dengan membaca literatur tentang Idul Adha dan kemudian merenungi hikmah dibaliknya. Tentang ikhlas dalam melepas, tentang yakin. Hal ini memang sangat berat apalagi dengan kondisi yang terjadi sekarang. Tapi menurutku ini malah membuat lebaran kali ini bermakna. Biasanya lebaran Idul Adhaku di Medan selalu diisi dengan banyak perayaan, makanan dan kumpul-kumpul. Jauh dari memikirkan makna.

Mendekati jam makan siang, terlintas pikiranku untuk membuat acara piknik sendiri di kebun. Beberapa pekan ini, pojok di dekat gubuk baru menjadi pojok kesukaanku. Buah currant merah yang siap dipetik serta pohon apel hijau didekatnya yang berbuah lebat membuatku betah berada di sana. Maa syaa Allah.

Karpet kotak-kotak kurentangkan lalu makanan sederhana Idul Adha kuletakkan diatasnya. Bihun goreng dan kue pisang. Tidak lupa acar timun serta setoples kerupuk. Hari yang cerah, makanan yang cukup, buah yang tersedia. Apa lagi alasanku untuk berlarut bersedih dan tidak bisa bersyukur?

Selesai makan siang aku kembali membaca buku. Tetapi tidak lama. Karena angin yang meniup lirih dedaunan akhirnya membuatku tertidur sampai sore tiba. Apakah Idul Adhamu kali ini juga bermakna?