wood

26. Monday

Di Bawah Payung Biru

Quelle: pinterest gif

Musim panas tahun ini menjadi musim panas "terdingin" di Jerman dalam kurun waktu tiga puluh tahun terakhir. Hari yang benar-benar cerah seharian bisa dihitung. Hujan turun hampir setiap pekan. Kadang-kadang hujannya berupa batu es. Alhamdulillah 'ala kulli hal. Segala puji bagi Allah dalam setiap keadaan.

Hal yang aku lakukan di sini saat hujan tetapi tidak biasa kulakukan di Medan adalah berjalan-jalan dengan payung. Tanpa takut dikira aneh. Hehe. Tentu saja saat gerimis dan hujan yang tidak disertai petir. Pusat kota yang biasa ramai menjadi sepi sehingga sebagai introvert aku merasa lebih nyaman berjalan-jalan di sana.

Di bawah payung biru, aku menyusuri jalanan yang kosong, melewati cafe-cafe di tepi sungai yang tidak berpengunjung, mengamati titik-titik air yang jatuh ke sungai. Berhenti sebentar di dekat semak lavender atau mawar di tepi jalan dan memperhatikan kelompok merpati yang berteduh di bawah jembatan. Betapa banyak cara untuk lebih meyakini keberadaan Allah Subhanahuwata'ala lewat segala ciptaan-Nya dan fenomena alam yang diatur-Nya.

Seperti hujan yang terus turun dan membuat debit air sungai naik dan membuat beberapa daerah di Jerman banjir. Sekitar seratus enam puluh orang meninggal karena tersapu banjir dari sungai kecil yang meluap. Hal ini kembali mengingatkanku bahwa manusia bisa mencegah banjir dengan membuat bendungan untuk sungai-sungai besar. Tetapi jika Allah berkehendak, banjir bandang pun bisa berasal dari sungai yang kecil.

Di bawah payung biru aku merenung, berpikir, tersenyum getir. Aku yakin banyak orang di dunia ini yang merasakan cemas, stress, atau takut akan keadaan yang ada sekarang. Dan setiap orang pasti punya cara yang berbeda-beda untuk membantu dirinya sendiri mengalahkan semua perasaan itu, bertahan dalam keadaan serba tak menentu seperti sekarang. Ada yang semakin dekat dengan Tuhan. Ada yang semakin jauh. Aku bertanya pada diriku sendiri. Dimanakah aku berada? Semoga keadaan apapun membuat kita semakin dekat dengan Allah. Aamiin.

Merpati yang sepertinya juga sedang menikmati hujan.

Di bawah payung biru aku terus berjalan perlahan. Menikmati titik-titik hujan turun yang mungkin sebanyak do'a-do'a yang meranjak naik ke langit. Sampai hujan akhirnya berhenti, digantikan oleh pelangi.