wood

23. Wednesday

Musim Dingin di Tanah Heidi

(bagian satu)

Bagi orang yang masa kecilnya suka membaca novel klasik Heidi, sepertinya pernah membayangkan tinggal di desa pegunungan Alpen. Gunung menjulang, kambing gunung, sungai jernih yang mengalir serta bukit dan lembah dipenuhi bunga. Begitu Swiss disebut maka yang ku ingat adalah Heidi dan desa Alpen. Karakter Heidi memang sangat kuat dan menjadi maskot negara ini. Bahkan di dalam kereta api Swiss, pengumumannya dibacakan oleh anak perempuan yang seolah dia adalah Heidi kemudian ada suara kambing mengembik.

Musim dingin kali ini kami habiskan di tanah Heidi, Swiss. Perjalanan dari kota tempat tinggal kami di Jerman (Landsberg) ke Swiss membutuhkan waktu hanya sekitar satu jam lima puluh menit jika ditempuh dengan mobil. Lamanya seperti dari Medan ke Berastagi hanya saja jaraknya lebih jauh. Walaupun musim dingin dimana pohon-pohon tidak berdaun, perjalanan ke Swiss tidak membosankan. Jika di Jerman aku biasa melihat Alpen dari kejauhan, sekarang Alpen tampak sangat dekat.

Tempat tinggal kami di Swiss berada Bad Ragaz, kota kecil yang cantik. Tepat di seberang jalan kecil depan rumah ada sungai kecil yang mengalir. Rasa-rasanya sulit berhenti untuk mengucapkan maa syaa Allah karena kemanapun aku memandang, semuanya memukau.

Tempat tinggal kami selama di Swiss.

Selain menjelajahi Bad Ragaz, kami juga pergi ke Murg dan Quinten. Untuk ke Quinten, kita harus menyeberangi danau dengan kapal terlebih dahulu. Ini merupakan daerah yang cukup hangat ketimbang daerah lainnya sehingga pohon palem dan beberapa tanaman yang membutuhkan banyak sinar matahari tumbuh di sini. Daerahnya tidak begitu luas. Kita bisa mengitarinya dalam waktu kurang lebih satu jam. Jalanannya dibuat di antara danau dan gunung. Di Quinten, keinginanku untuk memegang langsung gunung Alpen akhirnya tercapai. Alhamdulillah.

Bebatuan Alpen bisa kita pegang sambil menelusuri jalan sepanjang danau.

Pemandangan di Quinten.

Berhubung masih pandemi, kapal dari dan menuju Quinten hanya sekali dalam sehari. Jadi kami hanya setengah hari berada di sini. Dengan kapal yang sama saat mengantar kami ke Quinten, kami pun kembali Murg.

Pemandangan dari kapal.