wood

20. Wednesday

Kesibukan di Musim Semi

(bagian satu) Quelle: Pinterest

Musim semi semakin ceria seiring hari yang cerah. Walaupun malam hari suhu terkadang masih di bawah nol derajat, namun di pagi hari sampai sesaat sebelum matahari tenggelam bisa dibilang udara sudah cukup hangat. Alhamdulillah. Di sela-sela kesibukan ibadah Ramadhan, kami tetap melakukan kegiatan seperti biasa. Suami bekerja sampai sore dan aku melakukan pekerjaan rumah tangga sendirian sampai ia selesai bekerja.

Senang sekali rasanya setiap pagi sudah bisa membuka jendela-jendela tanpa khawatir angin beku masuk ke dalam rumah. Udara terasa segar dan bukan menusuk lagi. Harum bunga-bunga di kebun terkadang dibawa angin hingga masuk ke dalam rumah juga. Terutama bunga dari pohon cherry yang sekarang sudah mulai mekar. Saat melihat keluar jendela bukan pohon tidur lagi yang kulihat melainkan kelopak-kelopak putih yang berkumpul di setiap cabang. Maa syaa Allah. Semoga tahun ini cherrynya berbuah lebat seperti tahun-tahun sebelumnya.

Selesai mencuci pakaian aku pun tidak menyia-nyiakan untuk menjemurnya di bawah terik matahari. Sepertinya semua perempuan menyukai bau harum segar cucian yang tercampur dengan matahari bukan? Sambil menjemur aku berusaha berhati-hati agar tidak menginjak bunga daisy, bunga kunci (cowslip), bunga lonceng dan bunga forget me not yang sekarang menggantikan snowdrop dan bunga krokus yang telah layu.

Bunga musim semi di kebun.

Musim semi juga berarti musim menanam di kebun. Aku akan menuliskan soal berkebun ini di tulisan terpisah. Berkat dukungan dari beberapa teman dan blogger, akhirnya aku memang memfokuskan website ini untuk tulisan tentang simple living (hidup sederhana) dan pekerjaan seputar rumah tangga dan berkebun. Sebenarnya sudah sejak lama aku dilema tentang topik-topik yang aku tulis berhubung keponakan dan sepupuku yang usianya sekitar dua belas tahun juga membaca website ini. Terkadang aku tergelitik untuk menuliskan tema-tema yang cukup berat, namun khawatir malah jadi meresahkan pembaca muda (baiklah, aku mengakui kala aku memang sudah cukup tua, hehe). Selain itu sejak awal aku hanya berniat menuliskan hal-hal yang menghangatkan hati (jika sedang dingin) atau menyejukkan (jika sedang panas).

Menjelang berbuka (Maghrib di sini sekitar pukul delapan malam lebih), setelah mengangkat jemuran yang sudah kering, aku menyiapkan menu-menu sederhana seperti sayur. Saat rindu dengan suasana Ramadhan di tanah air barulah aku menyiapkan hidangan-hidangan khas berbuka di Indonesia seperti kolak pisang, ubi dan kue-kue tradisional. Betapa aku merindukan bazar Ramadhan di Indonesia. Di mesjid sini, hidangan berbukanya adalah makanan khas Turki atau masakan Arab.

Di Medan, setelah selesai tarawih aku suka mengemil sisa-sisa hidangan berbuka. Namun, sejak di sini, kebiasaan itu terpaksa aku hentikan. Bukannya tidak ingin, namun aku sudah terlalu mengantuk. Isya masuk pukul sepuluh malam dan selesai tarawih sudah tengah malam. Alhamdulillah tahun ini jeda waktu berbuka dan sahur cukup lama, tidak digabung seperti saat musim panas sehingga aku bisa tidur sedikit. Pukul empat lebih sedikit Subuh mulai masuk. Kami pun sahur dengan menu-menu sederhana yang pernah aku tuliskan di tulisan sebelumnya. Kemudian, hari pun dimulai lagi.