wood

16. Wednesday

Setelah Badai

Alhamdulillah, badai telah berlalu. Di rumah dan di kebun tidak ada kerusakan. Hanya beberapa benda yang terbang dibawa angin. Penutup pohon pisang kami di kebun juga terbang tidak jauh dari tempatnya. Kami pun menutupnya kembali agar si pohon pisang tetap hangat sampai memasuki musim panas.

Di kebun sudah tampak tanda-tanda musim semi datang. Pasukan bunga snowdrop dan snowflake bermunculan kembali. Rasanya belum lama saat aku melihat di dekat pojok gubuk tempat menyimpan peralatan kebun penuh dengan currants dan apel hijau. Sekarang pojok itu dipenuhi dengan snowdrops. Saat pagi hari ketika udara masih beku, mereka meringkuk lemas. Seiring matahari semakin meninggi dan membawa udara hangat, mereka pun bangkit lagi dengan ceria.

Langit biru dan cuaca cerah membuatku ingin berjalan kaki lagi. Tidak berjalan kaki selama sepekan lebih membuat badanku terasa berat dan pegal. Aku pun pergi berjalan kaki ke danau yang tidak berada jauh dari rumah. Walaupun hari cerah, udara dingin masih menyengat. Suasana terasa sunyi sepi karena burung-burung belum kembali dari Selatan. Sisa- sisa berry dari musim panas tergantung kaku di semak-semak. Pohon-pohon masih gundul tetapi tunasnya sudah bersiap. Angsa dan bebek terkantuk-kantuk di atas danau. Aku sudah tidak sabar menyambut musim semi. Musim dingin yang penuh berkah akan berlalu tetapi in syaa Allah Ramadhan sebentar lagi akan datang. Jika saat pertama kali datang aku menjalani bulan Ramadhan di musim panas yang siangnya panjang. Ramadhan kali ini akan berada di musim semi.

Tahun ini aku sangat berharap Ramadhan berjalan normal kembali seperti sebelum pandemi. Apalagi kami sudah menemukan guru tahsin baru. Teman-teman muslim kami juga bertambah sehingga kami berdua semakin bersemangat untuk melakukan kegiatan di bulan Ramadhan nanti bersama-sama. Semoga tidak ada lockdown lagi, di sini, maupun di tanah air. Seperti badai salju dan petir yang berlalu, aku berharap badai pandemi juga benar-benar berlalu.