wood

13. Tuesday

Musim Stroberi Lagi

Sejak memasuki musim panas, suami sudah menekankan padaku bahwa ia akan pergi ke ladang stroberi di hari pembukaan pertama. Dan ternyata ia bersungguh-sungguh. Suatu pagi ia berkata bahwa hari itu adalah hari pertama ladang stroberi dibuka untuk pengunjung dan kami akan ke sana hari itu juga. Walaupun hari itu mendung. Aku memaklumi saja karena buah stroberi memang buah kesukaannya.

Ada beberapa ladang stroberi yang tidak begitu jauh dari rumah. Ada satu yang paling terdekat, tidak jauh di atas bukit dan bisa berjalan kaki sekitar sepuluh menit. Tetapi jenis stroberi yang ditanam di situ agak hambar. Jadi kami lebih suka ke ladang stroberi lain dengan naik mobil sekitar sepuluh menit juga. Di depan ladang stroberi ini terdapat padang bunga liar, sementara disampingnya adalah ladang gandum. Sambil memetik stroberi sekalian menikmati pemandangan yang luas.

Seperti yang pernah kutuliskan sebelumnya tentang ladang stroberi tahun lalu, di pintu masuk ladang keranjang kita akan ditimbang terlebih dahulu dan kita diberikan struk. Nanti setelah pulang total berat stroberi yang kita petik akan dikurangi dengan berat keranjang. Harga satu kilonya tiga euro. Sementara stroberi yang sudah dipetik tujuh euro per kilogramnya. Di hari pertama ke ladang stroberi, jumlah stroberi yang kami petik berdua sepuluh kilo. Buah stroberi yang merah besar bersinar-sinar dan seolah memanggil untuk dipetik semua. Sulit sekali rasanya untuk beranjak pulang. Hihi.

Selama musim stroberi, sekitar dua kali seminggu kami berkunjung ke ladang stroberi. Buah itulah yang menjadi makanan pokok kami selama beberapa pekan. Stroberi ada di sarapan, makan siang, cemilan bahkan makan malam. Kami makan begitu saja atau dijadikan salad, jelly, es krim, maupun dimakan bersama kue dan roti. Aku juga mengolah stroberi menjadi selai, keripik dan sirup untuk musim dingin. Untuk membuat sirup, stroberi direbus dengan air sampai warnanya menjadi pucat dan airnya menjadi merah. Kemudian di saring dan air stroberi yang merah tadi dicampur dengan gula dan dimasak sampai kental.

Keripik stroberi kubuat dengan cara memanggang stroberi yang telah diiris di dalam oven yang panasnya lima puluh derajat selama kurang lebih empat jam. Tadinya aku mau menjemurnya saja. Tetapi suami mengingatkan padaku bahwa sekarang listrik ovennya berasal dari panas matahari jadi bisa dibilang sama saja aku menggunakan oven ataupun dijemur di luar. Sebagian keripik stroberi yang sudah kering kuhaluskan menjadi bubuk untuk pewarna makanan atau perasa alami.

Ya, begitulah. Walaupun masih musim panas tetapi juga harus memikirkan musim dingin nanti. Di musim dingin tidak ada buah segar jadi selama musim buah orang-orang Jerman mengolahnya agar bisa dinikmati di musim dingin nanti. Di supermarket selalu lengkap, tetapi jika bisa membuat sendiri kenapa harus beli? Lebih puas rasanya dan tentu saja lebih hemat.

Di hari-hari saat mengolah stroberi, aromanya menyebar ke seluruh rumah. Aroma manis dan segar khas stroberi yang menambah keceriaan musim panas.