wood

11. Thursday

Siang di Musim Dingin

Setiap kali salju turun dengan lebat dari langit yang juga putih membuatku seperti masih tertidur dan berada di dalam mimpi. Dari jendela kulihat segalanya tertutup lapisan putih. Pohon apel yang beberapa waktu lalu nampak semarak dengan buahnya yang merah sekarang seperti sedang sekarat saja. Berdiri kaku tanpa daun.

Jika tidak sedang malas, walaupun salju turun dengan lebat kami tetap mencoba berjalan-jalan di luar untuk menghirup udara segar, di sekitar sungai yang tidak berada jauh dari rumah. Melihat air sungai Lech yang tetap bergerak meskipun sekelilingnya beku dan memutih. Atau memperhatikan tingkah burung-burung yang tidak ikut rombongan ke selatan. Dan sebelum kembali ke rumah, biasanya acara jalan-jalan kami akhiri dengan perang bola salju.

Sungai Lech dengan pemandangan beku.

Namun jika hawa dingin terasa semakin menusuk dan rasa malas melanda, maka biasanya aku menyiapkan berjuta alasan jika diajak suami menghirup udara luar. Meskipun hanya ke kebun. Akhirnya dia ikutan tinggal di rumah juga dan aktivitas jalan-jalan akan berubah menjadi membaca, menulis atau belajar bersama. Tempat favoritku adalah di dekat jendela dapur yang juga dekat dengan penghangat. Sementara suami lebih suka agak jauh dari penghangat. Terlalu hangat susah untuk konsentrasi katanya. Kadang-kadang dia memeriksa websiteku. Seperti kemarin, dia ada mengedit foto yang sudah kumasukkan karena tanpa sengaja di foto itu ada plat nomor mobil tetangga yang kelihatan.

Bicara soal jendela dapur dan penghangat, aku jadi teringat sesuatu. Sepulang dari Alpen aku ada membeli seikat bunga tulip saat singgah di supermarket. Karena sudah mengantuk, sesampainya di rumah bunga itu kuletakkan saja di vas berisi air di pinggir jendela dapur. Betapa terkejutnya aku saat keesokan harinya semua tulip-tulip itu terkulai layu. Seharusnya tahan minimal seminggu. Tulip tidak suka temperatur yang cukup panas. Hal itu luput dariku. Aku lupa di dekat jendela dapur ada pemanas ruangan. Dengan segera kupotong tulip-tulip malang itu menjadi pendek dan kuganti airnya. Sambil berharap mereka bisa bertahan dan segar lagi. Alhamdulillah. Beberapa jam kemudian mereka tampak segar lagi. Di musim dingin, karena di luar serba putih dan beku, matahari juga tak terlihat, maka kita yang harus berusaha mencerahkan rumah. Contohnya dengan meletakkan tanaman bewarna cerah atau memasang taplak meja berwarna. Supaya tidak mengantuk terus-terusan.

Kadang-kadang menjelang saat minum teh, aku menggoreng ubi rambat, pisang atau bakwan. Siapa yang menolak pisang goreng panas di hari yang beku? Huah, aku merindukan pisang kepok.

Siang masih cukup singkat. Sepertinya musim semi masih lama lagi datang. Tetapi tak apa, aku masih betah menikmati musim serba putih ini.

Jam tiga sore tapi sudah gelap, ditemani teh dan gorengan.