wood

09. Thursday

Hidup Sederhana

Dalam sepuluh tahun terakhir, aku merasakan kecendrungan untuk menyederhanakan kehidupanku. Aku merasakan kebosanan terhadap kehidupan modern dan merasa hampir semuanya terlalu berlebihan dalam kehidupan masyarakat modern kita sekarang ini. Aku merasa orang-orang dipaksa harus menjadi sibuk, mengkonsumsi lebih banyak barang dan menerima banyak informasi yang bahkan kita tidak butuh sama sekali. Padahal aku sendiri menyukai cara hidup ala pedesaan yang sederhana, walaupun terbilang kuno.

Aku menyukai kegiatan memasak, berkebun, mencuci dan kegiatan lain seperti yang dilakukan oleh orang-orang zaman dahulu. Aku rasa hidup seperti ini tidak mesti diterapkan di pedesaan tetapi juga bisa diterapkan oleh kita yang tinggal di perkotaan meskipun itu tidak mudah.

Aku pernah hidup di lingkungan yang tidak mendukungku untuk memiliki gaya hidup sederhana. Itu sangat melelahkan dan membuat diriku stress berkepanjangan tetapi aku tidak menyadarinya. Saat aku menyukai kegiatan rumahan, aku dianggap hanya menghabiskan gaji suami dan tidak mau bekerja karena malas walaupun aku memiliki pendidikan yang cukup untuk bekerja. Saat aku membeli produk yang berkualitas walaupun agak mahal dengan harapan waktu pakai lebih lama, aku dianggap boros. Dengan uang yang sama harusnya aku bisa membeli lebih banyak barang menurut mereka. Aku dianggap aneh dan juga boros saat memilih untuk tidak memiliki televisi melainkan lebih memilih membeli buku. Aku dituntut untuk mencari kesibukan yang menghasilkan uang, yang kemudian uang ini bisa dipakai untuk membeli kendaraan baru, membeli rumah besar dan hidup konsumtif. Intinya hampir segalanya diukur dengan uang dan materi dan kuantitas, bukan kualitas. Padahal hal yang sebenarnya kuinginkan hanyalah hidup sederhana.

Oleh sebab itu, aku menciptakan dunia sederhanaku sendiri. Walaupun tinggal di perkotaan yang padat penduduk, aku membuat suasana dirumahku seperti tinggal di pedesaan. Beberapa hari dalam sebulan, aku benar-benar pergi ke desa dan menikmati kehidupan pedesaan yang lebih lambat, sederhana namun bersahaja. Aku berusaha menjalani hidup sesederhana yang aku bisa walaupun dunia sekitarku menuntutku untuk menjadi orang yang sibuk dan konsumtif.

Hal-hal sederhanaku saat di Medan.

Aku mensyukuri semua kehidupan yang pernah aku lewati dan berusaha untuk tidak menyesalinya namun mencoba mengambil pelajaran terhadap apa saja yang terjadi. Walaupun itu tidak mudah. Pelajaran yang paling besar saat ini yang aku dapatkan adalah bahwa ketika seseorang tidak lagi terobsesi dengan uang dan materi justru di saat itulah uang dan materi akan datang.

„Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali menurut ketentuan yang telah ditetapkan baginya. Barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allah akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan dihatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina.“ (HR. Imam Ahmad)

Kembali kepada soal topik hidup sederhana, aku mencoba terus melanjutkan hidup secara sederhana di Jerman. Apa artinya hidup sederhana? Hidup sederhana tentunya berbeda artinya bagi setiap orang. Bagiku sendiri, hidup sederhana berarti menikmati kehidupan apa adanya, tidak konsumtif dan memiliki sedikit barang. Hidup seperti ini memiliki banyak manfaat yang berbeda, salah satunya adalah lebih banyak waktu. Lebih banyak waktu untuk beribadah, bersama keluarga dan melakukan hal-hal yang kita sukai. Justru dengan hidup sederhana hidup akan lebih produktif menurutku. Yang lebih penting dari itu semua menurutku, hidup sederhana itu sendiri diajarkan oleh Nabi kita Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam.

Hidup lebih sederhana juga otomatis akan menghemat uang. Jika kita memilih untuk lebih selektif dalam membeli barang, maka secara tidak langsung kita akan menghemat uang dan uang ini bisa kita gunakan untuk ibadah seperti sedekah, umroh dan lain-lain.

Belakangan ini, apalagi setelah pandemi, gaya hidup sederhana (simple living, slow living) kembali digaungkan banyak orang. Hidup ala pedesaan menjadi menarik lagi bahkan video-video yang berkaitan dengan kehidupan pedesaan menarik jutaan penonton. Pandemi mau tidak mau mengajak kita berpikir kembali tentang hidup. Selain itu juga ada trend „cottagecore“ yaitu gaya hidup sederhana ala pedesaan dan tradisional.

Sayangnya, sedikit sekali referensi video, blog atau buku berbahasa Indonesia tentang hidup sederhana. Untuk itulah aku menyemangati diriku sendiri untuk menuliskan hal-hal tentang gaya hidup sederhana ini. Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu menyukai gaya hidup sederhana? Jika kamu memiliki referensi tentang hidup sederhana, bisa kirim ke email aku juga ya.