wood

09. Friday

Di Hutan

Sewaktu tinggal di Morotai, suami pernah mengajak jalan-jalan ke hutan, berdua, yang akhirnya kutanggapi dengan ekspresi shock. Aku lalu mengajak beberapa para pekerja yang merupakan penduduk lokal di sana untuk menemani kami. Mereka pun membawa beberapa perlengkapan seperti parang dan lain-lain, yang kali ini membuat suami yang kaget. "Seramai ini perginya?" tanyanya. Kemudian kujelaskanlah bahwa di hutan sini banyak sekali bahaya, misalnya hewan buas atau ular berbisa. Mendengar kata ular, dia malah excited. "Mudah-mudahan kita bisa melihat ular ya," ujarnya. "Oh, mudah-mudahan tidak," timpalku. "Aku tidak mau menjelajah hutan terlalu dalam dan lama."

Selama di hutan, suami sangat senang sekali. Ia juga banyak bertanya tentang segala flora yang ada di hutan, yang sayangnya banyak yang tidak bisa aku dan orang Morotai jawab. Dia sangat takjub dengan kekayaan hutan tropis Indonesia. "Real jungle", lirihnya. Orang Morotai yang menemani kami membantu menebas rumput-rumput tinggi agar kami bisa lewat. Mereka juga menunjukkan kepada kami beberapa mata air yang ada di hutan itu. Air jernih yang keluar langsung kami teguk. Alhamdulillah di hari itu kami tidak bertemu ular dan hewan berbahaya lainnya. Suamiku agak kecewa karena katanya bagi mereka melihat ular di hutan itu sesuatu yang beruntung karena sangat jarang terjadi. Aku cuma geleng-geleng kepala.

Setelah tinggal di Jerman, aku baru mengerti. Hutan di Jerman sama sekali berbeda dengan hutan di Indonesia. Bisa dibilang, hampir tidak ada hal yang sangat membahayakan di hutan Jerman. Bahkan anak-anak juga biasa bermain di hutan. Pantas saja di buku-buku cerita anak terjemahan yang kubaca para tokohnya suka pergi ke hutan. Hanya tawon dan nyamuk di musim panas yang mungkin kadang mengganggu. Atau kadang-kadang burung buzzard yang menyerupai elang. Tapi mereka juga jarang mematuk manusia jika kita tidak mengganggu sarangnya di atas pohon.

Bagaimana dengan beruang dan serigala? Di Jerman yang sepertiga wilayah dari negaranya adalah hutan, empat puluh delapan persen dari hutan itu adalah hutan pribadi. Dan hutan-hutan ini sama sekali tidak berbahaya. Jadi hutan yang terdapat beruang maupun serigala adalah hutan liar di pegunungan yang jauh sekali dari tempat tinggal manusia dan tidak pernah dijamah oleh manusia. Misalnya hutan perbatasan Jerman dengan Cheko. Tapi begitupun sampai sekarang tidak ada berita tentang orang di Jerman yang pernah melihat langsung beruang dan serigala selain di taman safari atau kebun binatang.

Hutan yang sering kami maupun orang Jerman datangi adalah hutan pribadi, hutan pertanian atau hutan yang dikelola pemerintah. Di hutan ini hewan-hewan yang ada hanyalah burung-burung, tikus, kelinci, rusa, luak, rubah, bebek, angsa, berang-berang, tupai dan beberapa hewan lain yang sama sekali tidak berbahaya. Pohon-pohon di hutan ini juga tidak banyak jenisnya. Hanya pohon birch, maple, pinus, chesnut, oak dan beberapa pohon lain.

Di awal-awal aku cukup takut bermain di hutan. Setiap kali melihat lubang di bawah pohon, yang ada dipikiranku adalah lubang ular, namun ternyata lubang kelinci. Namun lama-kelamaan aku sering melihat anak-anak banyak bermain di hutan tanpa pengawasan orang tua. Aku pun jadi tidak takut lagi malah sangat senang.

Hutan di Jerman jauh sekali dari kata menyeramkan. Setiap musim juga membawa perubahan pada hutan. Di musim semi, pepohonan tidak berdaun dan hutan dipenuhi bunga-bunga dan bunga cherry liar. Harum bunga menyebar di penjuru hutan.

Hutan di musim semi.

Sementara di musim panas hutan sangat hijau, rimbun dan banyak terdapat buah berry. Ada yang bisa dimakan seperti strawberry dan rasberry, namun banyak juga yang beracun. Hewan-hewan lucu seperti rusa, kelinci dan tupai sering dijumpai di hutan saat musim panas.

Hutan saat musim panas.

Di musim gugur, hutan menjadi semarak karena warna daun di pepohonan berubah menjadi kuning, orange maupun kemerahan. Jamur-jamur juga bermunculan, dari yang beracun sampai jamur yang sangat lezat. Tahun kemarin aku berhasil mendapat satu jamur yang bisa dimakan dan harganya cukup mahal di pasaran karena jarang dijumpai. Soal jamur ini kita memang harus sangat hati-hati. Aku diajari adik suami bagaimana ciri jamur yang bisa dimakan dan yang tidak. Tetap saja, ketika menemukan jamur aku selalu memastikan dengan bertanya kepadanya terlebih dahulu.

Jamur beracun dan dedaunan di hutan musim gugur.
Semarak hutan di musim gugur.

Di musim dingin, hutan akan berubah menjadi negeri putih. Semua tertutup salju. Kecuali pohon pinus, semua pohon tidur dan tidak memiliki daun. Tidak ada burung-burung berkicau. Tidak ada hewan lucu berkeliaran. Hutan menjadi sepi dan hening.

Bekunya hutan di musim dingin.

Begitulah ceritaku tentang hutan. Di Indonesia, hutan kita kaya akan beraneka ragam flora dan fauna karena suhu yang hangat. Di Jerman, karena suhu yang dingin, tidak ada hal yang membahayakan, namun flora dan faunanya juga tidak sebanyak di Indonesia. Maha Besar Allah dengan segala ciptaan-Nya.