wood

07. Tuesday

Cucian dan Jemuran

Sewaktu kecil aku sangat ingat bahwa ibu dan nenekku adalah seseorang yang sangat telaten dengan cucian dan jemuran kami. Saat ibu mencuci, aku suka menungguinya di pinggir ember besar dan melihatnya mengucek dan membilas pakaian serta menuang air ke ember-ember. Ia mengerjakannya dengan tidak terburu-buru. Kemudian setelah ibuku selesai mencuci maka nenekku akan menjemur pakaian tersebut di luar, di bawah sinar matahari. Di halaman samping rumah kami ayah membuat dua tiang jemuran kayu yang kurang lebih setinggi satu setengah meter. Diantara kedua tiang tersebut terdapat beberapa tali yang kuat terbentang. Di tali-tali itulah nenekku menjemur pakaian juga dengan perlahan dan menjepitnya dengan jepitan agar tidak jatuh diterbangkan angin. Bagian luar pakaian ditempatkan di bagian dalam agar warna pakaian tetap selalu bagus walaupun sering dijemur di bawah matahari. Setelah dijemur, beberapa kali dia akan membalik pakaian tersebut agar bagian yang masih basah juga terkena matahari. “Kalau sudah menjemur pakaian, jangan lupa dibalik agar bagian yang basah juga cepat kering,“ begitulah wejangannya. “Jangan dibiarkan begitu saja sampai sore.“ Aku kecil mendengarkan nenekku sambil menempelkan wajahku ke cucian yang dijemur. Wangi deterjen yang tercampur sinar matahari menghasilkan aroma segar cucian yang aku suka. Sore harinya, setelah cucian benar-benar kering, ibu atau nenek mengambil cucian tadi dari jemuran dan melipatnya dengan rapi walaupun nanti akan disetrika. Kemudian mereka meyusunnya di dalam keranjang.

Sebagai seorang perempuan dan istri sepertinya mau tidak mau kita akan berkutat dengan cucian dan jemuran. Kecuali kita memiliki pembantu rumah tangga atau memilih menggunakan jasa laundry di luar untuk mencuci dan menyetrika pakaian kita. Dulu di Medan, aku suka mencuci dengan tangan ketimbang mesin cuci karena udara yang hangat membuatku suka melakukan kegiatan yang berhubungan dengan air. Semenjak berada di Jerman dan menghadapi musim dingin tentu mesin cuci merupakan pilihan utama bagiku. Tetapi saat udara mulai menghangat, kadang-kadang aku suka mencuci dengan tangan. Mengucek cucian dan membilasnya serta menjemurnya di bawah sinar matahari merupakan kegiatan yang menenangkan bagiku. Apalagi saat melihat cucian yang terbentang di tali jemuran dan bergoyang-goyang ditiup angin. Sepertinya kenangan masa kecil bersama ibu dan nenek dalam memperlakukan cucian dan jemuran membuatku menyukai kegiatan yang sayangnya juga banyak tidak disukai oleh kebanyakan orang ini.

Menurut pengalamanku, ada beberapa hal yang membuat kita tidak menyukai kegiatan mencuci dan menjemur pakaian ini. Yang pertama, pakaian yang kita cuci bukan merupakan pakaian yang kita sukai. Jika kita memakai pakaian yang kita sukai, aku rasa kita juga akan menyukai saat-saat di mana kita harus membersihkannya. Maka itu penting menurutku untuk hanya memiliki sedikit pakaian tetapi kita menyukainya ketimbang memiliki banyak pakaian tetapi kita tidak senang saat memakainya. Sebelum membeli pakaian, pikirkan terlebih dahulu apa kita benar-benar menyukainya.

Yang kedua adalah terlalu banyak cucian yang akan dicuci. Jika cucian yang akan kita cuci terlalu banyak maka itu akan menghilangkan kesenangan kita dalam mencuci pakaian-pakaian itu. Alangkah baiknya membuat jadwal rutin untuk mencuci. Jangan tunggu hingga cucian menumpuk. Setelah selesai menggunakan pakaian akan lebih baik jika kita langsung memasukkannya ke keranjang cucian, jangan digantung dan berharap kita akan menggunakannya kembali. Biasanya kita akan melupakan pakaian yang digantung tadi dan memilih pakaian bersih dari lemari. Ini juga merupakan nasehat dari ibu dan nenekku. Lagipula siapa yang rela sehabis mandi harus menggunakan pakaian yang tidak bersih? Kecuali sedang dalam keadaan darurat atau dalam perjalanan.

Selain dua hal di atas, tempat menjemur juga mempengaruhi suasana hati kita untuk mencuci. Jemuran yang berada di depan rumah atau jemuran yang tidak terkena matahari langsung atau tempat menjemur yang berada terlalu dekat dengan tetangga, akan membuat kita malas-malasan.

Yang terakhir adalah deterjen yang kita gunakan untuk mencuci. Jika derterjen yang kita gunakan untuk mencuci merupakan deterjen yang cukup keras, maka akan membuat tangan kering dan rusak juga pakaian itu sendiri. Banyak orang berpikir bahwa semakin banyak busa maka cucian akan menjadi lebih bersih. Padahal hal yang paling penting adalah teknik mencuci dan temperatur air yang kita gunakan serta di mana kita menjemur pakaian.

Aku memiliki sedikit masalah dengan kegiatan mencuci dan menjemur ini. Masalahnya adalah di rumah bukan aku saja yang suka mencuci, melainkan suamiku juga! Sering kali aku absen dari kegiatan cuci-mencuci ini karena didahului olehnya. Ya, di Jerman kegiatan cuci-mencuci juga dilakukan oleh para lelaki dan itu adalah hal yang biasa. Awal-awal aku merasa tidak enak hati mengetahui tiba-tiba pakaian sudah bergantung di jemuran atau seprai dan selimut sudah berganti menjadi seprai bersih dan seprai yang lama sudah terjemur rapi. Lama-lama aku juga menerima kenyataan bahwa ia melakukannya dengan senang hati juga dan tanpa terpaksa. Tentunya aku tidak lupa mengucapkan terima kasih setiap ia melakukan kegiatan yang kupikir adalah tugasku. Dan ia mengucapkan terima kasih setiap kali aku melakukan hal yang sebenarnya dia pikir itu adalah tugasnya.

Apakah kamu merupakan penggemar kegiatan mencuci dan menjemur? Atau termasuk orang yang tidak menyukai kegiatan tersebut?