wood

06. Monday

Keranjang – keranjang Hidayah

“Andai hidayah itu seperti buah yang bisa dibeli, maka akan kubeli berkeranjang-keranjang untuk dibagikan kepada orang-orang yang aku cintai.“ (Imam Syafi’i)

Dua hari sudah acara “Open House Mesjid Musim Panas“ berlalu tepatnya hari Sabtu dan Ahad kemarin. Jujur saja awalnya aku dan suami agak skeptis dengan acara ini. Aku pikir peminatnya tidak begitu banyak. Tetapi ternyata pengunjungnya lebih dari dua ribu orang per hari. Maa syaa Allah. Aku tidak bisa menyertakan foto-foto acara itu di sini karena aku sendiri tidak mengambil foto saat acara berlangsung. Di Jerman ada undang-undang tersendiri saat mengambil foto di tempat umum. Selain itu, selama acara berlangsung, tidak ada yang menggunakan handphone sama sekali!

Yang paling diminati dari acara ini tentu saja bazar makanan dan minuman halalnya. Ada banyak sekali pondok-pondok makanan khas Turki dan Timur Tengah, ada juga makanan Jerman tetapi tidak banyak. Selain makanan berat seperti ikan panggang, nasi briyani, kambing guling dan lain-lain, banyak juga kue dan hidangan penutup mulut. Jujur saja aku tidak kuat memakan kue dan hidangan penutup mulut ala Turki dan Timur Tengah ini karena rasanya yang manisss sekali. Satu potong sudah lebih dari cukup bagiku. Harga makanan di bazar ini termasuk murah dibandingkan dengan harga makanan di restoran Jerman. Semua makanan hangat dimasak saat itu juga. Kita bisa langsung menyaksikan ibu-ibu muslimah yang sedang menyiapkan makanan langsung di pondok-pondok tersebut.

Setelah membeli makanan, pengunjung bisa duduk di kursi dan meja yang telah disusun di halaman mesjid. Ada yang di bawah tenda ada juga yang di bawah sinar matahari langsung. Bangku dan meja ini hampir selalu penuh setiap menitnya. Untuk anak-anak disediakan area bermain. Selain makanan ada juga yang pondok-pondok yang menjual karpet tebal dan abaya yang ternyata juga diminati ibu-ibu Jerman.

Agenda acara yang paling membuat aku dan suami penasaran adalah acara edukasi tentang Mesjid dan Islam. Kami penasaran apakah akan banyak orang Jerman yang bukan Islam yang akan tertarik. Agenda ini diadakan setiap satu jam sekali setelah Dzuhur diluar waktu sholat. Siapa saja yang tertarik boleh ikut tanpa mendaftar. Pukul dua sore adalah edukasi kloter pertama. Suamiku bertanya kepada ketua panitia yang merupakan teman kami juga, apakah kami boleh “menyusup“ ikut agenda edukasi itu walaupun kami bukan pengunjung. Dan tentu saja boleh.

Pukul dua kurang sepuluh menit ada dua orang yang sudah berbaris di pintu depan mesjid yang merupakan titik kumpul agenda edukasi ini. Semakin mendekati pukul dua orang yang mengantri semakin banyak dan akhirnya Mustafa dan Ibrahim, sang pemandu memulai acara. Mereka memperkenalkan diri kemudian menjelaskan tentang sejarah pendirian mesjid ini. Kemudian pengunjung diperbolehkan masuk mesjid dengan tertib. Ibrahim menjelaskan satu per satu adab masuk mesjid. Aku memandang satu per satu peserta edukasi. Rata-rata para wanita Jerman yang ikut memakai rok panjang. Selain nenek-nenek, ibu-ibu dan anak muda Jerman, banyak juga anak-anak. Aku menghitung kasar para peserta, kurang lebih lima puluh orang. Ternyata banyak juga yang ikut padahal ini masih kloter pertama. Peserta yang paling menarik perhatianku ada dua orang. Yang pertama adalah seorang ibu tua yang menggunakan selendang dan satu lagi seorang pemuda yang berpakaian serba hitam ala punk dengan tatto dan tindik di hidung.

Selesai Ibrahim mengatakan salah satu adab masuk mesjid adalah dengan melangkah dengan kaki kanan terlebih dahulu, semua peserta mengikuti satu per satu masuk ke dalam mesjid dengan kaki kanan. Setelah Ibrahim memperlihatkan isi mesjid kemudian semua peserta dipersilakan duduk di atas karpet mesjid. Ibrahim melanjutkan dengan penjelasan tentang rukun Islam, wudhu, adzan dan sholat. Saat adzan dikumandangkan oleh Mustafa dan diterjemahkan oleh Ibrahim, banyak yang berkaca-kaca. Adzannya memang syahdu sekali dan penuh dengan pengkhayatan. Aku sendiri hampir menangis. Kemudian Mustafa memperagakan gerakan sholat dan menjelaskan makna gerakan-gerakan terutama saat sujud. Ibrahim dan Mustafa berkata siapapun yang memiliki pertanyaan bisa langsung bertanya. Pemuda ala punk yang dari awal menarik perhatianku bertanya. Dan sekali lagi, diluar perkiraanku, banyak yang mengajukan pertanyaan bahkan beberapa orang menyatakan terang-terangan mereka tertarik terhadap Islam. Maa syaa Allah. Ada satu wanita, sepertinya ia agak cacat dan kesulitan berjalan. Namun dia banyak mengajukan pertanyaan hingga akhirnya ia mengatakan “di dalam hati saya juga meyakini Tuhan itu satu dan bahwa Jesus itu hanyalah manusia biasa.“ Saat ia berucap seperti itu beberapa orang bergumam menyetujui. Allahu Akbar. Memang saat memberi penjelasan, Mustafa dan Ibrahim memprioritaskan tentang penjelasan tauhid. Di akhir acara, beberapa peserta yang tertarik memeluk Islam menemui Ibrahim.

Aku dan suami berdiskusi panjang tentang hidayah setelah edukasi tersebut berakhir. Ia berkali-kali mengatakan betapa bersyukurnya ia mendapat hidayah Islam yang sangat mahal ini. Ia pun berujar dengan mata berkaca-kaca “jika orang benar-benar ingin melihat Islam yang sesungguhnya dengan cara terlibat langsung seperti ini dan bukannya hanya melihat dari media, aku rasa akan lebih banyak yang memeluk Islam. Aku juga harus lebih giat lagi memperkenalkan Islam lebih dalam kepada keluargaku yang belum mengenal Islam sama sekali.“ Aku pun teringat kepada wanita cacat dan pemuda punk di mesjid tadi. Siapa yang sangka dari penampilan luar mereka bahwa Allah memberi hidayah?

Setelah acara usai, suamiku semakin rajin belajar dan beribadah sampai-sampai aku merasa malu. Seharusnya dalam sehari aku juga harus banyak belajar dan beribadah walaupun aku memeluk Islam sejak lahir. Karena hidayah harus dipertahankan. Dan karena tugas kami juga masih banyak. Ada banyak orang yang kami harapkan mendapat keranjang hidayah dari Allah Ta’ala karena hidayah hanyalah milik-Nya.

„Dan kewajiban kami hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas.“ (QS. Yaasin: 17)