wood

06. Tuesday

Kegiatan paling seru saat musim dingin adalah seluncuran di salju. Pertama kita harus jalan mendaki ke bukit yang cukup tinggi, kemudian dari bukit itu kita seluncuran hingga ke bawah. Berhubung aku tidak bisa seluncuran sendiri jadi ikut boncengan suami saja.

Alat untuk seluncuran

Saat salju tebal, kami lebih suka menghabiskannya di kaki Alpen karena di sini langitnya biru. Bukit-bukitnya juga lebih banyak ketimbang di Landsberg, jadi kita bisa memilih bukit yang tidak ada orang atau sepi dari orang-orang yang juga mau seluncuran atau bermain ski.

Langit biru disertai kepingan salju yang terlihat berkilauan karena sinar matahari membuatku terpukau. Maa syaa Allah. Musim dingin memang memiliki pesonanya sendiri. Segalanya beku tapi terlihat indah. Aku berdiri cukup lama di beberapa tempat yang cukup tinggi. Memandang lembah dan desa yang semuanya putih tertutup salju dari atas membuatku sangat-sangat merasa kecil.

Pemandangan di bukit salju.

Mendaki bukit sekitar satu jam di tengah salju ternyata cukup melelahkan. Dengan pakaian berlapis-lapis, rok dan sepatu bot, membuatku cukup kesulitan dan harus berhenti beberapa kali. Tapi semua lelah itu terbayar ketika sudah di puncak. Setelah memastikan posisi kaki aman dan berpegangan, kami pun mulai seluncuran. Bismillah. Yuhuuuu. Ternyata begini rasanya main seluncuran di salju. Aku jadi teringat buku/film Heidi. Saat Heidi seluncuran di salju bersama kakek saat hendak mengunjungi nenek si Peter. Jika saat mendaki membutuhkan waktu satu jam, hanya sekitar sepuluh menit selncuran kami sudah sampai di bawah lagi. Hutan pinus dan pemandangan desa Alpen kami lewati dengan cepat. Wusss. Alhamdulillah kami sampai di bawah dengan selamat.